Kisah Al-Ma'soem, Dari Tukang Minyak Eceran Menjadi Pengusaha SPBU – Di Bandung, Jawa Barat, siapa yang tidak tahu Pom Bensin Al-Ma'soem. Tanyalah pada sopir angkot yang beroperasi di Bandung dan pengemudi bus jurusan Bandung-Sumedang, Bandung-Tasikmalaya, Bandung-Garut, atau Bandung-Indramayu. Niscaya mereka tidak saja tahu persis lokasinya tapi juga berkomentar positif tentang SPBU ini.
Dari pagi sampai larut malam, pom bensin Al-Ma'soem tak berhenti diserbu konsumen. antrean mobil maupun motor, mengular hingga kadang luber ke tengah jalan. Seolah-olah tidak ada SPBU lain di dekat situ, atau sepertinya harga BBM hendak naik beberapa saat lagi.
Ketepatan takaran adalah kelebihan utama pom bensin ini. Dengan tangki penuh bensin dari SPBU Al-Ma'soem, sebuah angkot bisa menempuh tiga rit. Tapi dengan bensin yang sama dari SPBU lain, mereka hanya dapat menjalani 2 rit. Bila untuk full tank di SPBU lain sebuah motor memerlukan 16 ribu, maka di SPBU Al-Ma’soem cuma habis sekitar 14 ribu.
Ditambah dengan kebersihan lokasi, dukungan fasilitas penunjang seperti Mushola, dan service yang kekeluargaan, jadilah pom bensin Al-Ma'soem sebagai SPBU favorit bagi pengendara. Dalam sehari tak kurang dari 30 ton BBM terjual. Tak heran bila pom bensin Al-Ma'soem meraih predikat sebagai SPBU pilihan Pertamina.
Tahukah Anda siapa pendiri dan pemilik pom bensin Al-Ma’soem itu? Ya, pendirinya adalah Ma'soem, seorang anak bersahaja yang terlahir dari keluarga dhuafa. Sadar terlahir dari keluarga dhuafa, Ma'soem sejak remaja berusaha hidup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
SPBU Al-Ma’soem yang sekarang maju dan terkenal di Bandung itu sebenarnya bermula dari usaha keras Ma'soem berdagang minyak tanah eceran di daerah Rancaekek Bandung. Awal mula merintis bisnisnya, Ma'soem mengambil minyak tanah eceran dari pedagang Cina yang ada di Rancaekek.
Ia pun membeli minyak tanah dari warung Cina itu sebanyak satu blek atau 20 liter, kemudian dijual secara eceran di warungnya sendiri. Ternyata berjualan minyak tanah cukup menjanjikan. Dalam setiap harinya selalu saja habis. Konsumen yang tadinya membeli dari warung lain pun beralih ke warung Ma’soem, lalu mereka menjadi langganan. Ma'soem yang ramah dan murah senyum berhasil memikat para konsumennya. Di luar itu, Ma’soem selalu menyedekahkan keuntungan bisnisnya setiap hari sebanyak 10%. Setiap sore hari atau malam hari, Ma'soem menghitung keuntungan bisnisnya, kemudian dipisahkan dari modalnya.
Dari setiap keuntungannya itulah, Ma’seom sedekahkan 10%-nya. Cara sedekah Ma'soem cukup unik. Secara diam-diam, Ma'soem mendatangi masjid atau mushola yang ada di daerah Rancaekek, kemudian dia mencari kotak amal masjid itu dan memasukkan uang di dalamnya tanpa sepengetahuan siapapun. Pernah juga Ma'soem menaruh uang di bawah karpet masjid, tujuannya agar nanti ditemukan oleh petugas masjid dan dimasukan ke dalam kotak amal masjid. Selain itu, Ma’seom juga selalu membantu orang-orang lemah yang ada di sekitarnya dengan memberi sedekah semampunya. Uniknya, sedekah yang ia berikan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ia tidak mau sedekahnya diketahui orang. Cukup hanya Allah sajalah yang melihatnya.
Sedikit demi sedikit usaha Ma'soem bisa menjadi tumpuan. Ma'soem terus berupaya agar warungnya semakin banyak dikunjungi konsumen. Biasanya Ma'soem menjual minyak tanah 20 liter per hari dan itu pun mengambil dari pedagang Cina. Setelah usahanya mulai maju, Ma'soem langsung membeli minyak tanah dari agen besar di Cikudapateuh Bandung sebanyak 200 liter.
Volume penjualan minyak tanah di warung Ma'soem terus merangkak naik. Keberhasilan Ma’seom dalam menjual minyak tanah memikat hati Mr. De Buy, Kepala BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij), sebuah perusahaan minyak milik Belanda yang didirikan sejak kolonial dulu, yang kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah RI berubah nama menjadi PERMINA atau Perusahaan Minyak Nasional, lalu berubah lagi menjadi PERTAMINA atau Perusahaan Tambang dan Minyak Nasional.
Akhirnya, Ma'soem diangkat oleh Mr. De Buy menjadi agen minyak tanah, membawahi daerah Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka, dan Sumedang. Sejak itulah, usaha Ma'soem maju pesat dan berkembang di seluruh Kota Bandung dan sekitarnya. Bahkan kini, Ma'soem bukan hanya memiliki SPBU, tetapi juga memiliki yayasan, lembaga pendidikan, apotek, poliklinik, dan sebagainya.
Tahun 2001, Ma'soem meninggalkan dunia ini. Spirit Ma’seom dalam memberi dan sedekah telah merubah kondisi dirinya, keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Walau Ma'soem telah tiada, namun namanya akan selalu dikenang sebagai orang yang dermawan dan ahli sedekah, baik oleh anak-anaknya, cucu-cucunya, maupun masyarakat sekitarnya.